Sabtu, 10 Juni 2017

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Resume)

0



Dikatakan Anak berkebutuhan khusus atau ABK ketika seorang anak membutuhkan layanan pendidikan yang khusus agar potensinya dapat optimal sebagai manusia.
Istilah terkait anak luar biasa :

a. Disability (cacat)
Adanya bagian tubuh yang tidak ada. Selain itu bisa juga keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi seseorang.

b. Impairment (rusak)
Adanya bagian tubuh yang mengalami kerusakan. Seperti misalnya buta dll.

c. Handicap
Ketidakmampuan akibat disability atau impairment. Seperti contoh anak yang buta sulit untuk mengenal pola.

d. At Risk (beresiko)
Anak yang memiliki peluang untuk terkena kerusakan atau beresiko untuk berkebutuhan khusus. Seperti contoh, anak yang tinggal di  pinggir rel kereta api at risk atau beresiko terkena tuna rungu.

Gangguan Indra
Gangguan indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
Gangguan Penglihatan
1 dari 1000 murid menderita gangguan visual serius dan dikategorikan rusak penglihatannya. Ini termasuk urid yang low vision dan murid buta. Anak-anak yang menderita low vision punya jarak pandang  antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen di mana angka normlnya 20/20) apabila di bantu lensa korektif. Anak low vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atu dengan bantuan kaca pembesar.

Anak yang “buta secara edukasional”  (educationally blind) tidak bisa menggunakan penglihatan mereka untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar. Kira-kira 1 dri 3000 anak tergolong educationally blind. Hampir setengah dari anak jenis ini dilahirkan telah dalam keadaan buta dan sepertiganya mengalami kebutaan pada tahun-tahun awal kehidupan mereka. Banyak anak buta ini punya kecerdasan normal dan berprestasi secara akademik apabila diberikan dukungan dan bantuan belajar yang tepat. Namun, multiple disabilities seing kali bukan hal yang aneh dalam diri murid yang tergolong educationally blind. Murid yang menderita bermacam-macam ketidakmampuan ini sering kali membutuhkan berbagai macam bantuan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.
Salah satu tugas penting untuk mengajar anak yang menderita ganggun atau kerusakan penglihatan ini adalah menentukan modalitas (seperti sentuhan atau pendengaran) yang dengannya murid dapat belajar dengan baik. Anak yang lemah penglihatannya akan lebih baik disuruh duduk di bangku paling depan di kelas.
Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran dapat menyulitkan proses belajar anak. Anak yang tuli dari lahir atau menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemmpuan berbicara dan bahasanya. Banyak anak yang memiliki masalah pendengaran mendapatkan pengajaran tambahan diluar kelas reguler. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang punya masalah pendengaran terdiri dari dua kategori: pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan oral antara lain menggunakan membaca gerak bibir, speech reading (menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pedekatan manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (fiinger spelling). Bahasa isyarat adalah sistem gerakan tangan yang melambangkan kata. Pengejaan jari adalah “mengeja” setiap kata dengan menandai setiap huruf dari satu kata.

Sekolah Untuk Anak Berkebutuhan Khusus
1. SLBA : Tuna netra (usia 3-7 tahun, tidak lebih dari 14 tahun, perlu rekaman dari dokter mata).
2. SLBB : Tuna Rungu (usia 5-11 tahun, perlu rekaman dari dokter THT)
3. SLBC : Tuna Grahita (IQ 50-75, perlu keterangan ahli dan psikolog)
4.  C1  : Tuna Grahita (IQ 25-50, usia 25-50, perlu keterangan ahli dan psikolog)
5. SLBD : Tuna Daksa (untuk IQ normal, perlu keterangan dari otopedi dan syaraf)
6.   D1  : Tuna Daksa (untuk IQ dibawah rata-rata, usia 3-9 tahun, perlu keterangan dari otopedi dan
syaraf).
7. SLBE : Tuna Laras (anak memiliki kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, umur antara 6-18 tahun)
8. SLBG : Tuna Ganda (perlu keterangan dari dokter dan psikolog).

Ket :
1. Tuna Rungu (kesulitan mendengar )
2. Tuna Netra (kesulitan melihat)
3. Tuna Grahita (mental)
4. Tuna Daksa (fisik)
5. Tuna Laras (masalah dengan perilaku)
6. Tuna Ganda (memiliki lebih dari 1).



Pengelolaan Kelas (Resume)

0



Mengapa kelas perlu dikelola secara efektif

Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid. Para pakar dalam manajemen kelas melaporkan bahwa ada perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik untuk mengelola kelas.  Pandangan lama menekankan pada penciptaan dan pengaplikasian aturan untuk mengontrol tindak tanduk murid.  Pandangan yang baru memfokuskan pada kebutuhan murid untuk mengem-bangkan hubungan dan kesempatan untuk menata diri. Manajemen kelas yang mengorientasikan murid pada sikap pasif dan aturan ketat dapat melemahkan keterlibatan murid dalam pembelajaran pada mikiran,  konstruksi pengetahuan sosial. 
Tren manajemen kelas lebih menekankan pada pembimbingan murid untuk menjadi lebih mau berdisplin diri dan tidak terlalu menekankan p kontrol eksternal atas diri murid. Secara historis,  dalam mengelola kelas,  guru dianggap sebagai pengatur.  Dalam tren yang lebih menekankan pada pelajar,  guru lebih dianggap sebagai pemandu,  koordinator dan fasilitator. Model manajemen kelas yang baru bu kan mengarah pada mode permisif.  Penekanan pada perhatian dan regulasi diri murid bukan berarti guru tidak bertanggung jawab atas apa yang terjadi di kelas.
Kelas Padat,  Kompleks,  dan Berpotensi Kacau

Dalam menganalisis lingkungan kelas,  Walter Doyle(1986)  mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya :

Kelas adalah multidimensional.  Kelas adalah setting untuk banyak aktivitas mulai dari aktivitas akademik seperti membaca,  menulis,  dan matematika sampai aktivitas sosial,  seperti bermain,  berkomunikasi dengan teman,  dan berdebat.  Guru harus mencatat jadwal dan membuat murid menuruti dengan jadwal.  Tugas harus diberikan,  dimonitor,  dikoleksi,  dan dievaluasi.  Murid punya kebutuhan individual yang lebih mungkin dipenuhi jika guru mau memerhatikannya.

Aktivitas terjadi secara simultan.  Aktivitas kelas terjadi secara simultan satu klaster(cluster murid mungkin mengerjakan tugas menulis,  yang lainnya mendiskusikan suatu cerita bersama guru,  dan murid lainnya mengerjakan tugas yang lain,  dan yang lainnya lagi mungkin berbicara tentang apa yang akan mereka lakukan setelah kelas dan seterusnya.

Hal hal terjadi secara cepat.  Kejadian sering kali terjadi di kelas dan mem butuhkan respons cepat.  Misalnya,  dua murid berdebat tentang kepemilikan sebuah buku catatan,  seorang murid mengeluh bahwa murid lain menyontek jawabannya,  ada murid yang mendahului giliran,  ada yang mencoret tangan  nya dengan pena,  dua murid tiba-tiba bertengkar saling mengejek

Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi.  Meskipun Anda membuat rencana dengan hati-hati dan rapi,  kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana:  alarm kebakaran berbunyi;  seorang murid sakiti dua murid berkelahi,  komputer rusak;  pertemuan tak terduga,  pemanas rusak di musik dingin,  dan sebagainya.


Hanya ada sedikit privasi.  Kelas adalah tempat publik di mana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah,  melihat kejadian tidak terduga,  dan mengalami frustrasi.  Beberapa guru melaporkan bahwa mereka merasa di atas bara api"  atau terus-menerus dipelototi.  Apa-apa yang terjadi dalam diri satu murid dilihat oleh murid lain,  dan murid lain itu membuat atribusi tentang apa yang terjadi.  Dalam satu kasus,  mereka mungkin memandang bahwa guru tidak adil dalam memberi hukuman.  Dalam kasus lain,  mereka mungkin mengapresiasi sensitivitas guru terhadap perasaan murid.

Kelas punya sejarah.  Murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Mereka ingat bagaimana guru menangani perilaku yang bermasalah di awal tahun, dimana guru bersikap pilih kasih,  dan bagaimana cara guru menepati janjinya.  Karena masa lalu memengaruhi masa depan,  adalah penting bagi guru untuk mengelola kelas dengan cara yang mendukung ketimbang melemahkan pembelajaran esok hari.  Ini berarti bahwa minggu pertama tahun sekolah adalah penting untuk membangun prinsip manajemen yang efektif.

Andragogi dan Pedagogi (Resume)

0



Andragogi berlaku bagi segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen. Seni mengajar  orang dewasa berlaku disemua tempat, ketika peserta didik atau warga belajarnya menunjukkan tanda-tanda kedewasaan yang baik. Dengn demikian aplikasi andragogi berlaku di ruang ruang khusus, pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional, dan lain-lain.
Istilah andragogi seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran orang dewasa (adult learning),  baik dalam proses pendidikan nonformal (Pendidikan Luar Sekolah) maupun dalam proses pembelajaran pendidikan formal. Pada pendidikan nonformal teori dan prinsip andragogi digunakan sebagai landasan proses pembelajaran pada berbagai satuan, bentuk dan tingkatan (level) penyelenggaraan pendidikan nonformal. Pada pendidikan formal andragogi seringkali digunakan pada proses pembelajaran pada tingkat atau level pendidikan menengah atas.Namun demikian dalam menerapkan konsep, prinsip andragogi pada proses pembelajaran sebenarnya tidak secara mutlak harus berdasar pada bentuk, satuan tingkat atau level pendidikan, akan tetapi yang paling utama adalah berdasar pada kesiapan peserta didik untuk belajar.
Dugan (1995) mendefinisikan andragogi lebih pada asal katanya, andragogi berasal dari Bahasa Yunani. Andra berarti manusia dewasa, bukan anak-anak, menurut istilah, andragogi berarti ilmu yang mempelajari bagaimana orang tua belajar. Definisi tersebut sejalan dengan apa yang diartikan Sudjana (2004), disebutkan bahwa, andragogi berasal dari bahasa yunani "andra dan agogos". Andra berarti orang dewasa dan agogos berarti memimpin atau membimbing, sehingga andragogi dapat diartikan ilmu tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar . Andragogi juga sering diartikan sebagai seni dan ilmu yang membantu orang dewasa untuk belajar (the art and science of helping adult learn). Definisi tersebut sejalan dengan pemikiran Knowles dalam Srinivasan (1977) menyatakan bahwa: andragogi as the art and science to helping adult a learner.
Pada konsep lain andragogi seringkali didefinisikan sebagai pendidikan orang dewasa atau belajar orang dewasa. Definisi pendidikan orang dewasa merujuk pada kondisi peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi fisik (biologis), hukum, sosial, dan psikologis. Istilah dewasa didasarkan atas kelengkapan kondisi fisik juga usia, dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa dapat berperan sesuai dengan tuntutan tugas dan status yang dimiliknya.
Seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik di sekolah, perlu memiliki
seperangkat ilmu tentang bagaimana ia harus mendidik anak. Guru bukan hanya sekedar
terampil dalam menyampaikan bahan ajar, namun disamping itu ia juga harus mampu
mengembangkan pribadi anak, mengembangkan watak anak, dan mengembangkan serta
mempertajam hati nurani anak. Pedagogi merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang menjadi tujuan mendidik anak. Pendidikan mengandung tiga aspek, yaitu mendidik, mengajar dan melatih, dan di bawah ini akan diuraikan perbedaan antara ketiga aspek tersebut, yaitu perbedaan antara mendidik, mengajar dan melatih.

Pendidikan dalam arti khusus
Pedagogi merupakan kajian pendidikan. Secara etimologi berasal dari kata Yunani “paedos”, yang berarti anak laki-laki dan “agogos” artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harfiah berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno, yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Kemudian secara kiasan, pedagogi ialah seorang ahli, yang membimbing anak ke arah tujuan hidup tertentu. Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld (Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia “mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya”.
Jadi pedagogi adalah Ilmu Pendidikan Anak Langveld (1980) membedakan istilah “pedagogik” dengan istilah “pedagogi”. Pedagogik diartikan dengan ilmu pendidikan, lebih menitik beratkan kepada pemikiran, perenungan tentang pendidikan. Suatu pemikiran bagaimana kita membimbing anak , mendidik anak. Sedangkan istilah pedagogi berarti pendidikan, yang lebih menekankan kepada praktek, menyangkut kegiatan mendidik, kegiatan membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakekat manusia, hakekat anak, hakekat tujuan pendidikan serta hakekat proses pendidikan.
Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan digunakan kata “education”, biasanya istilah tersebut dihubungkan dengan pendidikan di sekolah, dengan alasan, bahwa di sekolah tempatnya anak dididik oleh para ahli yang khusus mengalami pendidikan dan latihan sebagai profesi. Kata education berhubungan dengan kata Latin “educere” yang berarti “mengeluarkan suatu kemampuan” (e = Keluar, ducere = yang memimpin), jadi berarti membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak. Kata “educere” kita temukan dalam kata konduktor, yaitu seseorang yang “memimpin kereta api dalam perjalanan (kondektur)”. Dalam ilmu listrik, konduktor ialah bahan (biasanya logam) yang dapat “membawa aliran listrik. Dalam bahasa Belanda kita temukan untuk pendidikan akta “opvoeden” (op = ke atas, voeden = memberi makan) disini memberi makan diambil kiasannya, yaitu memberi makanan rohani untuk meningkatkan kecakapan dan derajat seorang anak.
Dalam bahasa Jerman untuk mendidik dipakai kata “orziehen” (or = keatas, ziehen = menarik) jadi “orziehen” yang berarti “menarik keatas” menggambarkan secara kiasan, bahwa mendidik itu meningkatkan (menarik keatas) kecakapan dan derajat seseorang. Dalam arti khusus, Langeveld mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Ahmadi dan Uhbiyati (1991) mengemukakan beberapa definisi pendidikan sebagai berikut :
a. Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.
b. Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.
c. Menurut Ki Hajar Dewantara, mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Setelah anak menjadi dewasa dengan segala cirinya, maka pendidikan dianggap selesai. Pendidikan dalam arti khusus ini menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga, dalam arti tanggung jawab keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukakan oleh Drijarkara (Ahmadi, Uhbiyati, 1991) bahwa :
a. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan.
b. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya membudaya sendiri sebagai manusia purnawan
c. Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah – ibu – anak, dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan.
Menurut Drijarkara, pendidikan secara prinsip adalah berlangsung dalam lingkungan keluarga. Pendidikan merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu ayah dan ibu yang merupakan figur sentral dalam pendidikan. Ayah dan Ibu bertanggung jawab untuk membantu memanusiakan, membudayakan, dan menanamkan nilai-nilai terhadap anak-anaknya. Bimbingan dan bantuan ayah dan ibu tersebut akan berakhir apabila sang anak menjadi dewasa, menjadi manusia sempurna atau manusia purnawan (dewasa).

Dari uraian diatas, pedagogi pembahasannya terbatas pada anak, jadi yang menjadi objek kajian pedagogi adalah pergaulan pendidikan antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa, menurut Langeveld disebut “situasi pendidikan”. Jadi proses pendidikan menurut pedagogik berlangsung sejak anak lahir sampai anak mencapai dewasa (pengertian dewasa akan dijelaskan pada bagian pembahasan tujuan pendidikan). Pendidik dalam hal ini bisa orang tua dan/atau guru yang fungsinya sebagai pengganti orang tua, membimbing anak yang belum dewasa mengantarkannya untuk dapat hidup mandiri, agar anak dapat menjadi dirinya sendiri.