Diposkan oleh Fazira Aprilia
Topik : Pembelajaran Observasional pada Usia Remaja
Judul : Pembelajaran Observasional pada Siswa SMP
Muhammadiyah 57
BAB
1
PERENCANAAN
1.1
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan
hal yang paling terpenting dalam kehidupan seseorang. Pendidikan merupakan
proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untukdapat hidup dan
melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi orang yang terdidik itu penting.Bukan
tidak ada alasan pemerintah memberlakukan aturan wajib 12 tahun. Dengan waktu
12 tahun, diharapkan individu akan mampu melatih kemampuan mereka dan siap
untuk bekerja. Masa remaja awal atau masa ketika sekolah menengah pertama
merupakan masa-masa transisi antara anak akhir ke tahap yang lebih tinggi yaitu
masa remaja.
Belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen dan diperoleh dari pengalaman.Walaupun
zaman semakin canggih namun masih banyak sekolah-sekolah di Indonesia khususnya
Medan yang masih menerapkan pembelajaran dengan teori atau hanya berfokus pada
buku.Pembelajaran seperti ini, dapat menimbulkan kejenuhan atau kebosana pada
remaja.Oleh karna itu, remaja membutuhkan pembelajaran yang dapat menarik
atensi atau perhatian mereka sehingga dapat menumbuhkan motivasi untuk
belajar.Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran observasional. Pembelajaran
observasional atau observational learning adalah pembelajaran dengan cara
melihat perilaku orang lain atau modeling.
1.2
LANDASAN TEORI
1.2.1
Sejarah dan Tokoh
Albert Bandura tumbuh
di Alberta Utara, Kanada, adalah salah satu tokoh utama teori kognitif sosial.
Setelah mendapatkanPh.D.-nya dari lowa pada 1952, Bandura masuk Stanford
University, dimana dia menghabiskan seluruh karier akademisnya di sana. Di
Stanford, Bandura
mulai meneliti proses interaktif dalam psikoterapi; dan juga meneliti pola
keluarga yang menimbulkan keagresifan pada diri anak-anak. Studi pada penyebab
agresi keluarga, dilakukan dengan kerja sama dengan Richard Walters
–mahasiswanya –mengidentifikasikan peran utama modeling (belajar melalui pengamatan terhadap orang lain). Temuan
ini dan penelitian laboraturium lanjutan terhadap pemrosesan modeling dituangkan dalam buku Adolescent Aggression (Bandura &
Walters, 1959) dan Social Learning and
Personality Development (Bandura & Walters, 1963). Dalam sebuah eksperimen
yang dilakukan Bandura (1965) yaitu studi
Boneka Bobo Klasik mengilustrasikan bagaimana pembelajaran dapat dilakukan
hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai penguat atau penghukum. Poin
penting dari studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama
ekstensifnya baik ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat.
Pembelajaran observasional Bandura ini merupakan bukti dimensi kehidupan yang
tidak dapat dihindari. Anak bisa belajar bahasa dengan mengobservasi orang tua,
guru,teman, dan orang lain berbicara. Dalam menempuh pendidikan formal,
pembelajaran observasional merupakan salah satu cara yang baik bagi siswa agar
mereka lebih mudah mempelajari sesuatu dengan mengamati model yaitu guru.
1.2.2
Remaja
Remaja (adolescence)
adalah transisi dari masa anak-anak ke usia dewasa. Periode ini dimulai sekitar
usia sepuluh tahun atau dua belas tahun sampai ke usia delapan belas atau dua
puluh tahun.
Ciri-Ciri Perkembangan Remaja
Perkembangan remaja terlihat pada ciri-ciri sebagai berikut :
Perkembangan Biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil
aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang
sangat jelas tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan
serta perkembangan karakteristik seks sekunder.
Perkembangan Emosional
Remaja mulai sering marah-marah atau berperilaku kasar, bersikap egois,
suka memberontak, dan ingin selalu diperhatikan.
Perkembangan Kognitif
Remaja mulai berfikir abstrak dan remaja juga
memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi.
Perkembangan Spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan
menginterpretasikan analogi serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati,
berfilosofi dan berfikir secara logis.
Perkembangan Sosial
Remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi
keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga.
Masa remaja adalah masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap
teman dekat dan teman sebaya.
1.2.3
Pendidikan Remaja
Masa remaja (adolescence)
adalah periode transisi manusia dari masa kanak-kanak (childhood) ke masa dewasa (adulthood).Adolescence merupakan masa remaja awal
berusia 11-14 tahun.Usia ini biasanya remaja sedang mengenyam pendidikan di
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Remaja yang baru duduk di bangku SMP harus
menyesuaikan diri dalam pembelajaran dan lingkungannya karena ini sangat
berbeda saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).Dalam hal ini peran orang
tua dan sekolah sangat berpengaruh dalam tumbuh kembang anak dalam berpikir dan
berperilaku.
Sekolah adalah pengalaman pengorganisasian sentral dalam
kebanyakan remaja. Sekolah menawarkan kesempatan kepada remaja untuk belajar
informasi, menguasai keterampilan baru, dan mempertajam yang lama; untuk
berpartisipasi dalam olahraga, seni, kegiatan lainnya; untuk mengeksplorasi
pilihan kejuruan; dan untuk memperluas cakrawala intelektual dan sosial.
Dalam observasi yang kami lakukan di SMP Muhammadiyah 57
Medan, sekolah ini sangat memperhatikan tumbuh kembang murid dalam
belajar.Murid merupakan prioritas utama bagi mereka yang harus dididik secara
langsung.Sekolah ini mempraktikkan sistem pembelajaran observasional agar anak
cepat mudah memahami pelajaran.Sebaliknya, pelajaran yang menggunakan teori
sedikit. Strategi pembelajaran observasional ini guru yang mempraktikkan
langsung kepada murid dan murid mencontohkan apa yang dipraktikan guru.
1.2.4
Pembelajaran Observasional
Teoretikus sosial
kognitif menggunakan berbagai prinsip teoretis ini untuk memahami dua aktivitas
psikologis utama, atau yang akan disebut di sini sebagai dua fungsi psikologis:
(1) menguasai pengetahuan dan keterampilan baru, khususnya melalui proses belajar
observasional, dan (2) menggunakan kontrol, atau regulasi diri, terhadap
tindakan dan pengalaman emosional sendiri. Teori sosial kognitif menjelaskan
bahwa orang dapat belajar dengan hanya mengobservasi perilaku orang lain.
Pembelajaran
observasional juga dinamakan imitasi atau modeling,
adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru
perilaku orang lain. Orang yang diamati disebut model.Modeling mengandung penguasaan informasi melalui observasi orang
lain, tanpa secara langsung menyatakan pengamatan tersebut menginternalisasi
seluruh gaya tindakan yang dihadirkan oleh individu lain. Kapasitas untuk
mempelajari pola perilaku dengan observasi dapat mengeliminasi pembelajaran trial and error yang disebut shapingatau successive approximation (aproksimal berurutan)yang membosankan.
Kemampuan kognitif
memungkinkan orang untuk belajar bentuk perilaku kompleks hanya dengan
mengamati model yang melakukan perilaku ini.Sebagaimana yang dipaparkan oleh
Bandura (1956), orang-orang dapat membentuk representasi mental internal dari
perilaku yang telah mereka observasi, dan kemudian dapat menggunakan
representasi mental tersebut pada waktu mendatang.Belajar melalui pemodelan
merupakan bukti dimensi kehidupan yang tidak dapat dihindari. Orang-orang
belajar tipe perilaku apa yang dapat diterima dan tidak dapat diterima dalam setting sosial yang berbeda dengan
mengobservasi perilaku orang lain.
Dalam sebuah
eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan bagaimana
pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan sebagai
penguat atau penghukum.Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan antara
pembelajaran dan kinerja (performance).
Poin penting dalam
studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya
baik itu ketika perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat. Poin penting
kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara pembelajaran dan
kinerja.Karena murid tidak melakukan respons bukan berarti mereka tidak
mempelajarinya.Bandura percaya bahwa ketika murid mengamati perilaku tetapi
tidak memberi respons yang dapat diamati, murid itu mungkin masih mendapatkan
respons model dalam bentuk kognitif.
1.2.4.1 Model Pembelajaran Observasional Kontemporer Bandura
Sejak eksperimen
awalnya, Bandura (1986) memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam
pembelajaran observasional. Proses itu adalah: atensi (perhatian), retensi,
produksi, dan motivasi.
Atensi. Sebelum murid dapat meniru tindakan model, mereka harus memerhatikan apa
yang dilakukan atau dikatakan si model. Murid lebih mungkin memerhatikan model
berstatus tinggi daripada model berstatus rendah. Dalam kebanyakan kasus, guru
adalah model berstatus tinggi di mata murid.
Retensi. Untuk mereproduksi tindakan model, murid harus mengodekan informasi dan
menyimpannya dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil
kembali. Deskripsi verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa
yang dilakukan model akan bisa membantu daya retensi murid. Retensi murid akan
meningkat jika guru memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas.
Produksi. Murid mungkin memerhatikan model dan mengingat apa yang mereka lihat,
tetapi karena keterbatasan dalam kemampuan geraknya, mereka tidak bisa mereproduksi
perilaku model. Berlajar, berlatih, dan berusaha dapat membantu murid untuk
meningkatkan kinerja motor mereka.
Motivasi. Sering kali murid memerhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model,
menyimpan informasi dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak untuk meniru
tindakan model, namun tidak termotivasi untuk melakukannya. Biasanya jika
diberi insentif atau penguat, mereka melakukan apa yang dilakukan model.
Bandura percaya bahwa
penguatan tidak selalu dibutuhkan agar pembelajaran observasional terjadi.
Tetapi jika murid tidak meniru atau mereproduksi perilaku yang diinginkan, ada
tiga jenis penguat yang dapat menolong: (1) memberi imbalan pada model, (2)
memberi imbalan pada murid, dan (3) memerintahkan anak untuk membuat pernyataan
untuk memperkuat diri.
1.2.5 Teaching Strategies: Menggunakan Pembelajaran Observasional Secara
Efektif
· Pikirkan tentang model tipe apa yang akan guru hadirkan untuk murid
Setiap hari, jam demi jam, murid akan melihat dan mendengar apa yang guru
katakan dan lakukan. Murid akan menyerap banyak informasi dari guru, seperti
kebiasaan baik dan buruk guru, dan aspek lainnya terkait perilaku guru
tersebut.
· Tunjukkan dan ajari perilaku baru
Guru sebagai demonstrasi yang menjadi contoh untuk pembelajaran
observasional. Mendemonstrasikan bagaimana melakukan sesuatu adalah perilaku
guru yang umum dijumpai di kelas. Saat mendemonstrasikan cara melakukan
sesuatu, guru perlu menarik perhatian murid pada detail pembelajaran yang
relevan. Demonstrasi guru juga harus jelas dan mengikuti urutan logika.
Pembelajaran observasional dapat efektif terutama untuk mengajar perilaku baru
(Schunk, 1996).
· Pikirkan cara menggunakan teman sebaya sebagai model yang efektif
Guru bukan satu-satunya model di kelas. Murid bisa saja mengikuti kebiasaan
baik dan buruk yang dilakukan teman-temannya melalui pembelajaran
observasional. Ingat bahwa murid sering kali termotivasi untuk meniru model
berstatus tinggi. Sebaiknya diberi model seorang murid berprestasi rendah yang
berjuang dengan susah payah sampai bisa menguasai suatu perilaku (Schunk,
1996).
· Pikirkan cara agar mentor dapat digunakan sebagai model
Murid dan guru memperoleh manfaat jika punya mentor yang berfungsi sebagai
model kompeten dan bersedia membantu mereka mencapai tujuan. Sebagai guru,
mentor bagi guru sendiri adalah guru yang lebih berpengalaman yang sudah lama
mengajar dan punya pengalaman bertahun-tahun dalam menghadapi problem dan isu yang akan harus
ditanggapi.
· Cari tamu kelas yang akan memberikan model yang baik bagi murid
Untuk mengubah kehidupan kelas, undang tamu yang punya sesuatu yang
berharga untuk dibicarakan atau ditunjukkan. Jika guru tak punya keahlian yang
bisa membuatnya menjadi model untuk murid, luangkan waktu untuk mencari model
yang kompeten dalam keahliannya atau melakukan perjalanan dengan membawa murid
untuk melihat para ahli menunjukkan keahliannya.
· Pertimbangkan model yang dilihat anak di televisi, video, dan komputer
Murid mengamati model saat mereka menonton acara televisi, video, film,
atau layar komputer di kelas. Individu yang diamati dalam proses belajar
observasional tidak harus seseorang yang secara fisik hadir. Dalam masyarakat
kontemporer, banyak modelling yang terjadi melalui media. Prinsip
pembelajaran observasional berlaku untuk media ini. Hal ini memengaruhi sejauh
mana pembelajaran observasional mereka.
1.3 Alat dan Bahan
-Kamera
-Notes
-Pulpen
-Handphone
1.4
Analisis Data
Data diperoleh langsung di lembaga pendidikan
sekolah yang telah di tentukan. Data yang diperoleh akan diolah sesuai dengan
teori pembelajaran observasional. Metode yang kami gunakan untuk memperoleh
data sebagai berikut :
· Observasi
Kami
mengambil data dengan mengobservasi secara langsung kegiatan pada siswa kelas
7A dan 7 B SMP Muhammadiyah 57
mulai dari masuk sekolah hingga pulang sekolah dan kami berfokus pada kegiatan
siswa ketika sedang melakukan praktek di lapangan sekolah.
·
Wawancara
Kami
juga sempat melakukan wawancara dengan sepuluh siswa 7 A dan 7 B SMP Muhammadiyah
57. Pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan adalah pertanyaan seputar tentang
tingkat pemahaman belajar mereka dengan cara melihat guru mempraktekan materi
pembelajaran atau belajar sendiri dengan membaca buku.
1.5 Sampel Penelitian dan Lokasi Pengambilan Data
Sampel
: Siswa kelas 7A dan 7 B SMP Muhamadiyyah 57
Tempat
: SMP Muhamadiyyah 57 Jl.Mustofa No.1, Glugur Darat I, Medan Timur, Kota Medan,
Sumatera Utara.
BAB
2
PELAKSANAAN
2.1
Sistematis Pelaksanaan Penelitian
Sekolah yang menjadi
tempat pengambilan data kami adalah SMP Muhammadiyah 57 yang bertempat di Jl.
Mustofa No.1, Glugur Darat I, Medan Tim, Medan. Berikut adalah susunan
pelaksanaan kegiatan kami:
No.
|
Kegiatan
|
Tanggal
|
1.
|
Permohonan surat izin dari fakultas
|
15 Maret 2017
|
2.
|
Diskusi pemilihan topik dan judul
|
17 Maret 2017
|
3.
|
Diskusi perencanaan kegiatan
|
17 Maret 2017
|
4.
|
Meminta izin dan memperoleh izin dari SMP Muhammadiyah 57
|
18 Maret 2017
|
5.
|
Observasi
|
18 Maret 2017
|
6.
|
Pengolahan data
|
23 Maret 2017
|
7.
|
Diskusi kelompok
|
27 Maret 2017
|
8.
|
Pembuatan poster
|
30 Maret 2017
|
9.
|
Posting blog
|
04 April
2017
|
BAB
3
LAPORAN
DAN EVALUASI DATA
3.1
Laporan
3.1.1
Sistematis Observasi
Kegiatan
observasi kami lakukan pada hari Sabtu, 18 Maret 2017. Dengan sampel yang kami
pilih adalah kelas 7 A dan kelas 7 B. SMP MUHAMMADIYAH
57 masuk pada pukul 07.15 WIB.
Anak-anak sudah melakukan aktifitas seperti biasa yaitu berdoa dan mengaji
terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran.
Kelas yang kami
observasi adalah kelas 7 A. Pada pukul 08.00 WIB anak-anak sudah memulai
pembelajaran yang diberikan oleh guru.
Pada jam pelajaran pertama siswa kelas 7 A belajar sholat yang disimulasikan
langsung oleh guru didepan siswa-siswanya dan guru memilih 2 siswa laki-laki
secara acak untuk mengikuti gerakan yang dia contohkan. Dan terlihat bahwa
rata-rata siswa kelas 7 A memperhatikan apa yang sedang diperagarakan oleh
gurunya. Kami mewawancarai 10 dari mereka mengenai pembelajaran observasional,
dan kesimpulannya mereka lebih menyukainya dan lebih mudah untuk dipelajari.
Dikelas 7 B, kegiatan
pembelajarandilakukan dengan belajar individual dimana guru hanya memantau
kegiatan siswanya. Dan terlihat siswa ada siswa yang belajar dengan serius dan
ada siswa yang melakukan kegiatan selain belajar.
Lalu kami
memakai waktu mereka untuk beberapa menit untuk bertanya apakah pembelajaran
observasional lebih memudahkan mereka dalam memahami pelajaran, dan kami
bertanya lebih khusus kepada 10 orang siswa dari kelas tersebut. Dan mereka
mengatakan pembelajaran secara observasional lebih menyenangkan karena siswa
lebih mendapat arahan tentang pelajaran tersebut dan pembelajaran diluar kelas
bagi mereka lebih menyenangkan karena mereka lebih bebas dari duduk yang
membosankan didalam kelas.
Karena kegiatan
observasi yang kami lakukan bertepatan pada hari sabtu, waktu pembelajaran
lebih singkat yaitu hanya sampai pukul 10.00 WIB. Untuk hari Senin-Jumat
pembelajaran dimulai pada pukul 07.15 WIB hingga pukul 16.00 WIB.
Pada
tiap tingkat (kelas 7, kelas 8, kelas 9) memiliki kapasitas siswa di kelas yang
berbeda-beda.Pada kelas 7 terdapat dua kelas yang berkapasitas 36 & 37
siswa ditiap kelas.Pada kelas 8 terdapat dua kelas yang berkapasitas 46 &
47 siswa ditiap kelas.Dan pada kelas 9 terdapat tiga kelas yang berkapasitas
43, 34 dan 20 siswa ditiap kelas.
Di
SMP Muhammadiyah 57 salah satu sistem pembelajaran menerapkan pentingnya
pembelajaran observasional kepada siswa-siswanya.Sekolah yang berjumlah 262
siswa ini memiliki sistem pembelajaran yang unik karena siswa tidak pernah
diberi PR (pekerjaan rumah). Guru akan berperan begitu baik dalam menyampaikan
pembelajaran dan siswa akan menggunakan waktu belajar dengan serius ketika
disekolah dan dapat beristirahat ketika waktu pulang.
3.2
Evaluasi Data
Kepala sekolah SMP
Muhammadiyah 57 jugamenerapkan
pembelajaran observasional agar membantu siswa-nya lebih mudah dalam
memahami pelajaran yang dilihat langsung bagaimana praktik yang dilakukan oleh
guru daripada membaca teori yang sulit dipahami apabila tidak dilihat secara
langsung bagaimana mekanismenya. Menurut kelompok kami SMP Muhammadiyah
menekankan pentingnya pembelajaran observasional dalam meningkatkan sistem
pembelajaran siswa-siswanya.Karena dengan kemampuan kognitif yang mereka miliki
memungkinkan mereka untuk mempelajari sesuatu dengan mengamati model yaitu
guru. Dari hasil wawancara kami dengan 10 siswa kelas 7A SMP Muhammadiyah 57,
10 dari mereka lebih menyukai dan mudah memahami materi dengan pembelajaran
observasional daripada pembelajaran dengan membaca buku dikelas, dan juga 10
siswa dari Kelas 7 B lebih menyukai pembelajaran observasional daripada harus
terpaku pada pembelajaran individual. Seperti yang kami observasi pada saat
itu, kelas 7A sedang belajar tentang bagaimana gerakan-gerakan dari sholat yang
benar. Dengan mengamati model bagaimana gerakan sholat yang benar mereka jadi
lebih paham bagaimana bentuk dari setiap gerakannya daripada membaca buku yang
memberikan kalimat-kalimat yang susah mereka bayangkan bagaimana maksud dari
kalimat dalam buku tersebut. Dengan melihat model yaitu guru mereka dapat
mempraktikan gerakan sholat yang benar tersebut dalam sholat mereka daripada
membaca buku yang mungkin membuat persepsi mereka berbeda dengan yang dimaksud
oleh buku mengenai gerakan sholat yang benar. Seperti yang telah dibahas pada
bab 2, Bandura memfokuskan pada proses spesifik yang terlibat dalam
pembelajaran observasional tetapi, yang akan kami sesusikan dengan siswa kelas
7 A dan 7 B adalah hanya 3 proses. Proses itu adalah :
· Atensi : Sebelum siswa
SMP Muhammadiyah dapat meniru model, mereka harus memperhatikan apa yang
dilakukan dan dikatakan si model yaitu guru. Guru akan memberikan penjelasan
dan praktik dari gerakan sholat yang benar sehingga murid harus memiliki atensi
terhadap guru agar mereka memahami apa yang sedang diajarkan oleh guru. Murid
lebih mungkin memperhatikan model berstatus tinggi ketimbang berstatus rendah.
Guru adalah model berstatus tinggi di mata siswa-siswa SMP Muhammadiyah 57.
· Retensi : Untuk
mereproduksi tindakan model, murid harus mengodekan informasi dan menyimpannya
dalam ingatan (memori) sehingga informasi itu bisa diambil kembali. Deskripsi
verbal sederhana atau gambar yang menarik dan hidup dari apa yang dilakukan
model akan bisa membantu daya retensi murid. Retensi siswa akan meningkat jika
guru memberikan demonstrasi atau contoh yang hidup dan jelas. Guru kelas 7A
memberikan contoh langsung kepada siswa-siswa SMP Muhammadiyah 57 sehingga
retensi pada mereka meningkat.
· Motivasi : Sering kali
anak memperhatikan apa yang dikatakan atau dilakukan model, menyimpan informasi
dalam memori, dan memiliki kemampuan gerak untuk meniru tindakan model, namun
tidak termotivasi melakukannya. Guru kelas 7A yang memberikan contoh mengatakan
“kalian harus memperhatikan saya dengan baik bagaimana gerakan-gerakan sholat
yang benar. Nanti ketika saya sudah selesai memberikan contoh langsung
bagaimana gerakan-gerakan sholat yang benar itu, bagi kalian yang dapat
mempraktikan ulang gerakan yang sudah saya ajarkan, maka kalian boleh beristirahat
duluan sehingga kalian memiliki waktu istirahat sebelum pelajaran selanjutnya
dimulai. Semakin cepat kalian maju kedepan untuk mempraktikannya semakin banyak
waktu istirahat yang kalian miliki”. Ketika guru memberikan insentif atau
penguat (diperbolehkan istirahat duluan apabila bisa mempraktikan ulang gerakan
sholat yang di contoh-kan oleh guru), mereka lebih termotivasi untuk melakukan
apa yang dilakukan model.
3.3
Testimoni
Rossy A Dalimunthe (161301176)
Kegiatan observasi ke sekolah ini adalah tugas
observasi pertama saya dari mata kuliah psikologi pendidikan.Sehingga saya
sangat semangat untuk melaksanakannya. Saya senang dengan kegiatan ini karena
dapat lebih meluaskan wawasan saya dan membuat saya lebih bisa berkomunikasi
dengan orang lain, dan mengamati tingkah laku murid-murid di dalam kelas.
Menurut saya, observasi dilakukan dengan baik karena murid-murid antusias
dengan kedatangan kami dan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah
dengan kegiatan kami.
Hanan (161301187)
Saya begitu senang karena dapat melakukan observasi
ke sekolah seperti ini, karena ini pengalaman baru yang saya dapat.bahagia
rasanya melihat kecerian siswa siswi yang menyambut kami dengan hangat.
kegiatan seperti ini akan menambah wawasan kami lebih sempurna.
Ayu Putri Nurjannah (161301190)
Kegiatan observasi ini merupakan tugas pertama yg
diberikan dosen kepada saya.Saya sangat senang mengobservasi langsung ke
sekolah.Saya jadi tau tentang sistem sekolah yg sangat memprioritaskan
murid.Kegiatan ini sangat berpengaruh positif terhadap saya.Saya jadi lebih
berani dan mendapatkan informasi yg selama ini tidak saya ketahui.Saya berharap
di kemudian hari semoga tugas observasi yang diberikan lebih khusus tidak hanya
mengamati dan mewawancarai.
Dinda Diana Yumna (161301191)
Ini merupakan kegiatan observasi pertama saya.
Pengalaman pertama ini sangat menyenangkan bagi saya dan Alhamdulillah proses
dari pengurusan surat, izin ke sekolah, diskusi kelompok semuanya berjalan
lancar. Dengan materi yang diberikan diperkuliahan dan dapat menerapkannya
langsung pada kegiatan observasi ini membuat saya jadi lebih bersemangat
belajar.
Desri Rahmadiani (161301208)
Ini adalah pertama kalinya saya melaksanakan tugas
observasi ke sekolah. Pihak sekolah yang kami kunjungi untuk observasi sangat
terbuka menerima kami sehingga proses yang kami lalui tidak cukup sulit. Dari
mulai persiapan surat dan izin observasi, kami tidak menghadapi kendala. Begitu
juga dari pihak sekolah yang terlihat jelas
keramahannya. Melalui tugas ini, kami belajar untuk pintar mengamati dan
mengobservasi, serta menambah wawasan dan pengalaman bagi saya.
Fazira Aprilia (161301224)
Tugas observasi dari mata kuliah pendidikan ini
membuat pengetahuan dan pengalaman saya tentang observasi dalam dunia psikologi
yang sesungguhnya. Bagaimana seharusnya kita bertindak sebagai peneliti
sungguhan dan bagaimana cara kita untuk bertindak dengan pengurus sekolah agar
dapat izin untuk mengobservasi muridnya. Pengalaman bertemu dengan kepala
sekolah yang bukan seperti kepala sekolah pada "umumnya" yang
memeberikan izin penuh kepada kami membuat saya makin bersemangat dalam
meng-observasi. Semua pengalaman yang saya dapatkan nantinya akan sangat
berguna untuk masa depan saya pribadi. Untuk itu, saya akan berusaha untuk
memaksimalkannya.
Roudhotul Abadiah (161301229)
Karena ini adalah pengalaman pertama buat saya, jadi
saya cukup antusias. Sekolah yang menjadi sampel observasi kami sangat menarik
karena sekolah tersebut sangat terbuka dengan kedatangan kami sehingga kami
dapat melakukan segala proses observasi dengan mudah. Kegiatan observasi
seperti ini membuat kita lebih berani dan peka terhadap lingkungan
sekitar, terkhusus para pelajar di
Indonesia.
3.4
Poster
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock, W. John.(2004).
Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Prenadamedia Group.
Pervin, Cervone, dan
John. (2010). Psikologi Kepribadian: Teori dan Penelitian, Edisi Kesembilan.
Jakarta : Kencana.
Santrock, W.John.
(2012). Life-Span Development :
Perkembangan Masa Hidup, Edisi Ketigabelas,
Jilid 1. Jakarta : Erlangga.